Assalamualaikum w.b.t puteri putera sekalian J
Semoga korg sume sihat walafiat..
Entry malam ney aq just nk b’citer dgn korg sume.
Ney citer zaman Nabi dahulu kala ! hope korg sudi la bace ~_~
“ DI ATAS SEJADAH CINTA “
KOTA KUFAH diterangi oleh sinar purnama. Semilir angin yg bertiup dr utara membawa hawa sejuk. Sebahagian rumah telah menutup pitu dan tingkapnya. Namun sisa2 kehidupan kota Kufah masih terasa.
Diserambi masjid Kufah, seorg pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teduh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat2 suci Al-Qur’an. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dgn Tuhan, Pencipta alam semesta. Org2 memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, kerana kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yg paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pd masanya. Sebahagian besar waktunya ia habiskan di dlm masjid, utk ibadah dan menuntut ilmu pd ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban,pusat pendidikan,pusta mengumpul maklumat dan pusat perhatian.
Pemuda itu terus leka dlm samudera ayt Ilahi. Setiap kali sampai pd ayt2 azb, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala di hadapannya. Namun jika ia sampai ayt2 ni’mat dan syurga, embun sejuk dr langit terasa bagai menyimbah sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagian. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yg suci.
Taktala sampai pd surah Asy Syams, ia menangis :
Fa alhamaha fujuuraha waa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha….
( maka ALLAH mangilhamkan kpd jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya, beruntunglah org yg mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah org yg mengotorinya…. )
Hatinya tertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yg mensucikan jiwanya ? Ataukah golongan yg mengotori jiwanya ? Dia termasuk golongan yg beruntung, ataukah yg merugi ?
Ayt itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya bergoncang. Akhirnya ia pengsan.
Sementara itu, di pinggir kota kelihatan sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yg terang dr kejauhan nampak jberkelip-kelip bagai bintang gemerlapan. Rumah itu milik seorg sudagar kaya yg memiliki kebun kurma yg luas dan haiwan ternak yg tidak terhitung jumlahnya.
Dalam salah satu kamarnya, kelihatan seorg gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yg putih susu nampak kemerahan terkena sinar yg terpancar bagai tiga lentera yg menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh mempersona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair2 cinta :
In kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq….
(jika aku pencinta malam maka gelasku memancarkan cahaya dan cinta yg mekar….
Gadis itu terus menari-nari dgn riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua org tuanya bibir tersenyum mendengar syair yg didendangkan puterinya. Sang ibu berkata : “Abu Afirah, puteri kita sudah semakin dewasa. Kau dengarkanlah baik syair2 yg ia dendangkan.”
“Ya, itu syair2 cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan siang tadi di pasar aku berjumpa dgn Abu Yasir. Dia melamar Afirah utk puteranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau ….. ?”
“Ya jelas terus sja aku terima. Dia kan masih kerabat sendiri dan kita banyak terhutang budi padanya. Dialah yg dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”
“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu ?”
“Tidak perlu ! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yg paling padan utk Afirah adalah Yasir.”
“Tapi, engkau tentu tahu bahawa Yasir itu pemuda yg tidak baik.”
“Ah, itu mudah. Nanti jika sudah beristerikan Afirah, dia pasti juga akan bertaubat ! Yg penting dia kaya-raya.”
Pada saat yg sama, di sebuah khemah mewah, tidak jauh dr pasr Kufah. Seorg pemuda tampan di kelilingi oleh teman-temannya. Tidak jauh darinya, seorg penari melenggang-lenggokkan tubuhya diiringi suara gendang dan seruling.
“Ayuh bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu !” bisik temannya.
“Be…..benarkah ?”
“Benar. Ayuh cepatlah. Dia penari tercantik di kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini,Yasir !”
“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku. Yasir lalu bangkit dr duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari menghulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar2 hanyut dlm kelenaan. Dengan gerakan hmesra penari itu membisikkan sesuatu ke telinga Yasir:
“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku ?”
Yasir tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan fikiran jadi mati.
Keesokan harinya.
Selesai solat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota.ia hendak menziarahi saudaranya yg sakit. Ia berjalan dgn hati terus berzikir membaca ayt2 suci Al-Qu’an. Ia singgah sebentar di pasar utk membeli anggur dan epal buat saudaranya yg sakit.
Zahid berjalan melalui kebun kurma yg luas. Saudranya pernah bercerita bahawa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yg membelah kebun kurma itu. Tiba2 dr kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lau menangkap di kejauhan sana perlahan-lahan bayangan itu menjadi seorg yg sedang menunggang kuda. Lalu sayup2 telinganya menangkap suara:
“Toloong ! Toloong !!”
Suara itu datang dr arah penunggang kuda yg berada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahya. Penunggang kuda itu semakin jelas.
“Toloong ! Toloong !!”
Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorg perempuan. Dan matanya dengan jelas dapat menagkap penunggang kuda itu adalah seorg perempuan. Kuda itu hberlari kencang.
“Toloong ! Tolong hentikan kudaku ini ! Ia tidak boleh dikendalikan !”
Sebaik saja mendengar jeritan tolong itu Zahid terasa tegang. Apa yg harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat2 ia meenangkan diri hdan menbaca salawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Ketika kuda itu sudah sangat hampir, ia mengangkat tangan kanannya dan berseru dengan kuat:
“Hai kuda makhluk Allah, barhentilah dengan izin Allah !”
Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yg berada di atas punggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya:
Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup purdah hitam. Dua matanya yg bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab perlahan:
“Alhamdulillah, tidak apa2. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terseliuh waktu jatuh.”
“Syukurlah kalau begitu.”
*****************
hope korg sudi tunggu yup ^_^
wassalam n nite u olls +_+
No comments:
Post a Comment